Disuatu daerah di kota Gahol terdapat sebuah desa yang terkenal sangat kumuh, desa tersebut bernama Sidolali. Dan tak heran banyak orang yang simpatik akan keadaan desa tersebut. Namun, sebenarnya kekumuhan tersebut tidak lepas dari pola hidup masyarakat yang tinggal di desa itu. Masyarakat yang acuh dengan desa itu yang menyebabkan desa itu menjadi kotor dan kumuh, salah satu contohnya adalah pembuangan sampah ke sungai. Sehingga desa itu pun menjadi langganan akan bencana banjir. Sebenarnya kita tak usah lagi merasa heran jika desa itu kebanjiran, karena dari pola hidup masyarakatnya sendiri pun kita sudah bisa melihat dan mengetahui apa sebab dan penyebabnya.
Namun di desa Sidolali itu, ada seorang kakek tua yang masih mempunyai sikap cinta terhadap lingkungan, yaitu kakek Galuh. Kakek itu sangat peduli akan lingkungan di sekitarnya, hinga setiap ia melihat ada orang yang mengetori desa tersebut ia langsung bertindak dengan menegur dan mengingatkannya, tak kadang juga kakek Galuh pun marah sampe mengejar orang yang telah merusak dan mengetori alamnya.
Sasa : “Aduh duh, mules banget nih.”
(Lari menuju sebuah sungai yang memang sering ia gunakan untuk membuang kotorannya.)
Kakek Galuh : ( Duduk sambil mengawasi dan menjaga desa terutama sungai yang dekat dengan rumahnya, namun.... )
“ Hey, kamu! Sedang ngapain kamu disitu? Apa yang kamu lakukan? “
Sasa : (Kaget dan tergesa-gesa untuk pergi.)
Kakek Galuh : “ Dasar sontoloyo!” ( Marah dan memegang kedua pinggangnya, dan kemudian lari untuk mengejarnya).
Sasa : ( Lari kabur, agar lepas dari hantaman kakek Galuh).
“ Hahahaha, maaf kek!”
Galuh : “ Ya Allah gusti... “
(Kecewa dan sedih melihatnya).
Tak lama kemudian ada pula Bu Ratna yang membuang sampah ke sungai yang berasal dari limbah rumah tangga yang mencemari sungai tersebut. Tentu saja Kek Galuh pun tak tinggal diam melihat perbuatan Bu Ratna tersebut.)
Galuh : “ Hey, bu! Apa kau tidak lihat? Itu sungai bukan tempat sampah !” ( Berdiri menghampiri Bu Ratna).
Bu Ratna : “ Mana? Itu? Memangnya ada masalah sama kakek? Ini kan hak-hak saya mau ngapain saja. Terus saya harus gimana kek? Harus peduli gitu? Terus Kakek mau ambil sampahnya lagi? Ambil saja kek, boleh kok! ( Dengan gaya cuek dan acuhnya.)
Galuh : “ Heh.... dibilangin kok malah nyolot. Dasar gak punya etika sopan santun!”
( Bu Ratna tak menghiraukan apa yang dikatakan kek Galuh, ia hanya menolehkan wajahnya kemudian pergi meninggalkan kek Galuh).
Kek Galuh merasa sangat sedih melihat para warganya yang makin lama makin seenaknya saja mengotori dan merusak lingkungannya sendiri yang tak menghiraukan akan efek dari perbuatannya itu.
( Dan keesokan harinya ada pelajar SMA yang seharusnya belajar di sekolah namun mereka malah bermain dan memancing di sungai dekat rumah kek Galuh. Dan salah satu pelajarnya itu adalah si Sasa yang merupakan warga desa Sidolali ).
Sasa : “ Halah halah, matematika-fisika-kimia. Bisa-bisa nih kepala pecah kalau tiap hari mendapatkan pelajaran seperti ini”. (Dengan malasnya)
Epi :“ Hey... Ada apa sa?” (Senyum-senyum mendekati si Sasa yang merupakan sahabat karibnya).
Sasa : “ Huaaaah, males aku dengan hari ini.”
Epi : “ Kenapa? Iya sih, Sa. Aku juga males banget kalau udah ketemu hari senin. Udah ada upacara, pulangnya siang, ditambah lagi pelajarannya yang menguras otak. Alama pusing aku ah.”
Sasa : “ Hem, makannya aku ngajak kamu bolos sekolah terus ke sungai sja mancing. Siapa tau nanti kita dapat ikan yang besar.”
Epi : “ Iya, semoga saja.”
Tak berapa lama Kakek Galuh melihat kedua bocah tersebut dan menghampirinya.
Kakek Galuh : “ Kalian bolos sekolah? Kalian bakal rugi kalau kalian bolos sekolah!”
Epi : “ Alah kakek, kayak nggak pernah jadi anak sekolah saja”.
Kakek Galuh : “ Hloh? Bukannya kamu anak yang kemarin buang air besar disini? Kamu putranya Bu Rita kan? Ibu yang cuek itu? (Sambil menunjuk ke arah Sasa).
Sasa : “ Mungkin Kakek salah liat kalik!” (Bantah Sasa)
Tak berapa lama terlihat Bu Rita membawa beberapa kresek besar berisi sampah-sampah yang akan di buang di sungai lagi.
Kakek Galuh : “Lihat itu, ibumu sudah membawa tumpukan sampah-sampah lagi. Memanya kalian tak peduli akan nasip-nasip para ikan di sungai ini?” (Merasa heran) .
Epi : “ Wah sampah ibumu banyak sekali sa? “ (Kaget melihat kresek yang dibawa ibu Rita).
Sasa : “ Sudahlah, jangan diambil pusing. Kita fikir saja bagaimana cara mendapatkan ikan dengan mudah.
Kemudian Kakek Galuh memberanikan diri untuk menegur Bu Rita lagi. Sebab Kakek Galuh sudah mulai jengkel dengan perilaku Bu Rita yang selalu membuang sampah di sungai.
Kakek Galuh : “ Ibu lagi? (Dengan logat agak mengejek)
Ibu Rita : “ Eh, Kakek lagi? Kenapa Kek? Mau menyela lagi? Sampah-sampah sudah terlanjur terbuang kek. (Jawab bu Rita dengan ketusnya).
Kakek Galuh : “ Saya hanya mau mengingatkan, perbuatanmu ini akan menimbulkan banyak bencana. Kelak kamu akan merasakan.
Ibu Rita : “ Terserah Kakek mau bilang apa. Terserah kek, terserah!” (Sambil meninggalkan Kakek Galuh tanpa mempedulikan perkataan kakek tadi).
Sesampainya di rumah, Sasa memberikan ikan hasil tangkapannya kepada ibunya. Ibu Rita langsung memasakkannya dan segera menyantapnya.
Sasa : “ Kok rasanya beda bu?”
Ibu Rita : “ Yang penting langsung dimakan saja nak!”
Setelah memakan ikan tersebut, Sasa dan Ibu Rita keracunan ikan yang disantapnya. Sebab ikan yang disantapnya mengandung racun berbahaya yang tekandung di dalam sampah.
END
0 komentar:
Posting Komentar