Contoh Cerpen
Diposting oleh
Unknown
17.28
TAK SELAMANYA KAU MILIKKU
Rasanya cepat sekali, seragam putih merahku telah hibernasi di almari ditemani bau dari puihan kamper. Arnita Dewi, nama yang cukup singkat pemberian dari ke-2 orangtuaku yang mengandung banyak harapan serta doa disetiap langah-langkahku. Aku diterima di salah satu SMP favorit di daerahku yang berjarak kira-kira 3 km dari rumahku.
Hari pertama sekolah di berbagai kerumunan karakter, aku mulai mencari kelas sementara yang akan kutempati. “Permisi,mas mbak numpang lewat dulu… maaf permisi”suara berbagai anak porak poranda menjadi satu. Kumulai mencari nama di daftar pengumuman. Sepintas ku terdiam di keramaian, nama mungilku tercantum di kelas 7D. kelas D merupakan kelas yang terkenal anaknya paling cerewet dan nakal-nakal. Tak pernah terbayang dibenakku seorang cewek yang lugu dan pendiam sepertiku dapat masuk di kelas D.“Ini mimpi buruk!Kenapa harus kelas D sih?Kenapa, kenapa, kenapa?Uhhh…!” ucapku kesal sambil menggelengkan kepala.
Bergegas kutinggalkan papan pengumuman dan mulai mencari kelas 7D.“Kelasnya yang mana ya? Dari tadi perasaan nggak ketemu-ketemu!” ucapku jengkel. Disaat kejengkelanku mulai menghampiriku, terlihat Riki teman kecilku sedang sibuk mondar-mandir mengurusi suatu hal yang sepertinya penting sekali baginya. Kesan pertama melihatnya aku langsung beranggapan kalau dia sok sibuk.“Tetapi satu-satunya alternative aku harus tanya pada anak aneh itu, sebab dia sudah berpengalaman di sekolah ini,” batinku sambil menghampiri Riki. Riki Wijaya merupakan teman kecilku sejak SD yang selalu bermain denganku, entah main masak-masakan ataupun tembak-tembakan. Hampir setiap hari dia menyempatkan untuk main ke rumahku. “Rik, kelas 7D yang mana sih?” tanyaku singkat.“Ciaa… situ Tanya saya? Dari sini lurus belok kiri lalu belok kanan, lebih tepatnya disebelah selatan kantin Nona!” jawabnya sambil bergurau. “Nggak tau ah! Situ kan sekarang statusnya jadi kakak kelasku, jadi seorang kakak kelas harus membantu seorang adik kelas!” kataku membujuk.
“Dasar merepotkan saja! Ayo, ikutin jejakku! Jangan sampai nanti hilang di jalan!” katanya sambil sedikit mengejek.
Kuikuti setiap langkahnya sambil mendengarkan suaranya yang cempreng bernyanyi lagu pop jadul. Kalau dibandingkan sama suara brisik vespa lebih enak suara motor vespa daripada suaranya. Tapi mau gimana lagi, ini darurat men! “Ini kelasmu! Sudah sampai Nona, jangan diam saja dong! Ujarnya sambil mempersilahkan ku masuk.“Oh ini, makasih ya bro! Gak sia-sia punya temen kamu!” jawabku sok gaul.
Masuk ke kelas D serasa masuk ke ruangan gelap penuh dengan singa-singa galak. Menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan merupakan salah satu cara jituku untuk menenangkan perasaanku. Dag dig dug der.
Duduk dibarisan ke-2 dari depan dan melihat sekeliling mencari teman yang bisa diajak berkenalan. “Hai, dari sekolah mana?” terdengar suara cowok asing yang baru didengar telinga mungilku.“SD Majujaya! Oh, ya kenalin aku Arnita Dewi. Panggil aja Nita!” ucapku sambil menjulurkan tangan. “Aku Alan!” katanya sambil menyalamiku. Dia merupakan kenalan pertama yang kuperoleh. Seorang cowok yang badannya tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu tinggi. Tapi dilihat dari lagaknya, dia termasuk dalam kategori pemalas.
Setelah hampir seminggu menghuni kelas 7D, sedikit demi sedikit ku mengenali teman baruku. Walaupun tidak hafal keseluruhannya, tapi masih ada bayangan muka-muka mereka diingatanku.
Seminggu kemarin hanya kelas sementara, bukan kelas yang sesungguhnya. Artinya aku harus menunggu pengumuman berikutnya penempatan kelas yang sesungguhnya. Ternyata aku pindah kelas di kelas 7E. Hatiku serasa senang sekali karena aku bisa pindah kelas. “Yeh pindah kelas ni!” kataku senang. Mendengar perkataanku, Alan menghampiriku dan memberikan ucapan selamat kepadaku. “Ciee, yang pindah kelas! Selamat bro!” ujar Alan sambil senyam senyum. “Jelas dong aku senang, kan udah gak sekelas lagi sama kamu!” ejekku pada Alan.“ Siapa bilang gak sekelas lagi? Aku juga pindah kelas ke kelas E tau!” jawab Alan sambil menyombongkan diri.
Sekilas mendengar perkataan Alan, aku sih tidak percaya dengannya.Aku bergegas mencari kelas baruku dan mencari tempat yang paling strategis.Di sini aku harus beradaptasi dengan teman-teman baruku lagi.Teman-teman disini lebih asik daripada teman-teman yang dahulu.Tetapi, satu hal yang membuatku jengkel aku sekelas dengan Alan lagi.
Di kelas ini aku pun menemukan seorang teman langka jika dicari. Difania Safitri, seorang cewek crewet yang sangat percaya diri dengan kemampuannya. Dia selalu ada waktu jika aku membutuhkannya.seperi Rexona yang setia setiap saat.Kami selalu berbagi kisah, entah itu menyenangkan, menyedihkan, mengharukan, bahkan menggalaukan.
Walaupun kami cewek, tetapi kami lebih akrab dengan teman-teman cowok. Salah satunya Alan CS. Sebenarnya aku agak ilfeel dengan Alan, sebab dia agak sombong dan sering berperilaku aneh dengan gaya sok kenalnya.
Tiga tahun sekelas dengan Alan memang terbilang lama, tapi ini sudah jalan hidupku. Kelas 9 SMP merupakan masa dimana kami harus pandai membagi waktu. Di kelas ini kami juga diberi tugas untuk membentuk Band yang akan dinilai pada waktu Ujian praktik kelulusan.
Saat pembagian kelompok seni music tersebut, aku sekelompok dengan Alan.Sungguh terkejut hatiku saat mengetahui hal ini.“Gila! Aku sekelompok dengan Alan, bias badmood ni!” kataku pada Fani. “Hahaha, itu sih deritamu ta!” ejek Fani padaku.
Walaupun aku ssebesar ini aku belum berani mengendarai motor sampai ke daerah yang ramai, padahal seminggu dua kali kami harus berlatih ke studio. Apalagi aku tidak sekelompok dengan Fani.Tidak mungkin orang tuaku mau mengantar dan menjemputku saat latihan.
Melihat kondisiku seperti itu, Alan menyanggupi untuk jadi sopirku pada saat latihan.Mengantar dan menjemputku memang itu menjadi tugas baru Alan.“Kalau bukan demi kekompakan Band kita, aku nggak bakalan mau jadi sopirmu seperti ini!” kata Alan cuek.“Siapa suruh juga sanggup antar jemput aku selama latihan?” jawabku ketus.
Sepanjang jalan kami hanya diam dan mencoba meredakan emosi.baru kali ini kutemukan mahluk seperti ini.Sungguh menjengkelkan dan menyebabkan naik darah.Padahal semula dia tidak menjengkelkan seperti ini.
“Fan, sumpah Alan lama-lama nyebelin banget, bikin emosilah!Kalau dia makanan udah aku gerus kaya obat!” kataku sambil meremas selembar kertas. “Aduh kamu kenapa lagi sih?” Tanya Fani sambil menenangkanku.Kuceritakan semua kejadian yang telah kualami pada Fani.Tetapi Fani malah tertawa dan yakin bahwa kami berdua bakal jadian.Mendengar perkataan Fani itu, bagiku itu adalah mimpi buruk.Jangan sampai itu terjadi pada diriku.
Akhir-akhir ini Alan memang berlaku beda kepadaku. Dia lebih dewasa dan tidak membuat aku naik darah lagi.Anehnya lagi dia bilang bahwa dia menyukaiku.Sejenak ku diam dalam seribu bahasa dan tak tahu aku harus bagaimana.Tanpa berfikir panjang aku pun menerimanya. Tak tahu ada apa denganku, sehingga dengan mudahnya aku menerima Alan sebagai pacarku. Mungkin ini pertanda bahwa cinta Alan memang begitu kuat dan nyata.
Berpacaran dengan teman sekelas memang butuh tingkat kesabaran yang ekstra.Setiap hari selalu diejek dan disindir oleh teman-teman. Tetapi kita menjalaninya dengan gaya cuek-cuek saja.
Tiga bulan berpacaran dengan Alan memang bukan waktu yang lama.Tetapi di saat statusku masih berpacaran dengan Alan, aku memang lebih dekat dengan Riki.Kerap kali aku nebeng pulang Riki jika aku tidak dijemput orang tuaku.Mulai dari itulah terdengar desas-desus kabar kalau aku berpacaran dengan Riki.Mendengar berita tersebut Alan marah kepadaku, seribu untaian kata saying tak lagi dia berikan lagi kepadaku.Padahal tidak ada hubungan special antara kami, kami hanya sebatas teman saja.
Setiap ku kirim pesan untuknya, dia hanya membalas singkat tanpa ada sedikit pertanyaan untukku.Mungkin dia memang begitu marah sehingga dia mulai membenciku.Aku tak tahu harus bagaimana agar Alan mau memaafkanku. Seribu cara telah ku coba, tetapi hasilnya nol. Aku mulai gerah dengan sikap Alan yang kekanak-kanakan itu. Kubulatkan tekad untuk meneleponnya.
Tut… tut…tut…
“Ya?” suara Alan pun terdengar pelan.“Ini aku Lan, aku mau kita putus saja!Aku tidak mau kau tuduh hal-hal yang senonoh!” ujarku dengan lantang.
“Seharusnya yang ngajak putus itu aku, bukan kamu!Soalnya kamu udah nyakitin hatiku dan menyepelekan kepercayaanku!” kata Alan sambil marah-marah.
“Oke kalau begitu! Kita sama-sama bilang putus dan dengerin lagu ini buat kamu!Mungkin tak selamanya kau menjadi milikku Lan” ujarku sambil menahan tangis.
Ku ambil gitar bututku, dengan sedikit ragu kupetik gitar menyanyikan sebuah lagu dari ungu berjudul “Sayang”.Walaupun aku tak sepintar gitaris-gitaris, tapi lagu itu kuperuntukan untuk Alan. Kami juga berjanji akan berteman seperti teman-teman yang lainnya.
Setelah putus dengan Alan aku baru menyadari bahwa jika kita akrab dengan seseorang, kitaakan lebih mudah menumbuhkan rasa suka diantara kita daripada dengan orang-orang yang baru kita kenal. Sebab kejadian itu tidak hanya kualami dengan Alan saja, belum lama ini setelah aku putus dengan Alan Riki mengakui bahwa dia menyukaiku dari SD. Riki memang pandai menyembunyikan perasaan, tetapi aku memutuskan untuk menjadikan dia sebagai teman sekaligus kakak saja.
~TAMAT~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar